BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran selalu dikaitkan dengan
langkah-langkah pembelajaran. Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan
bahwa standar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan
tematik.
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah dilakukan dengan
lima langkah pembelajaran yaitu tahap mengamati, bertanya, mencoba, melakukan
asosiasi, dan mengkomunikasikan. Kelima tahapan ini dipandang mampu
menyampaikan peserta didik mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan
melakukan. Pendekatan ilmiah
diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi
kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive
reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran
induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik
simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan
bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah
umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan
baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut
ilmiah, metode pencarian (method of
inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serial aktivitas pengoleksian data melalui observasi dan ekperimen, kemjdian
memformulasi dan menguji hipotesis.
Pemilihan pendekatan pembelajaran ini dipandang mampu mencapai
tujuan pendidikan yaitu keseimbangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam
diri peserta didik. Masalah yang muncul adalah masih banyak pendidik yang belum
memahami bagaimana mengaplikasikan model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik. Oleh sebab itu, dalam makalah yang berjudul “Teori Pendekatan Saintifik” ini penulis
akan membahas mengenai bagaimana pendekatan saintifik dalam pendidikan serta
bagaimana cara mengaplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
II.
Rumusan
Masalah
Dari uraian diatas
makan didapat rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni:
1. Bagaimana
konsep dasar pendekatan saintifik?
2. Bagaimana
langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
3. Bagaimana
penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran?
4. Bagaimana
teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik?
III.
Tujuan
1. Mengetahui
konsep dasar pendekatan saintifik.
2. Mengetahui
langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
3. Mengetahui
penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
4. Mengetahui
teknik penilaian dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Konsep
Dasar Pendekatan Saintifik
a.
Definisi
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis
data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberi tahu.
Penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga
teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori
belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok
berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama,
individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan
pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan
suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang
dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan
maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian
dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode
saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar
berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema
adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan
berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya
perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus
yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke
dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada
atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus
yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara
asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa
pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas
yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah
terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya
yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Pembelajaran dengan metode saintifik
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
berpusat pada siswa.
2.
melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3.
melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4.
dapat
mengembangkan karakter siswa.
b.
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa
tujuanembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
1.
untuk
meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
2.
untuk
membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3.
terciptanya
kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu
kebutuhan.
4.
diperolehnya
hasil belajar yang tinggi.
5.
untuk
melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
ilmiah.
6.
untuk
mengembangkan karakter siswa.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan
pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
pembelajaran
berpusat pada siswa
2.
pembelajaran
membentuk students’ self concept
3.
pembelajaran
terhindar dari verbalisme
4.
pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep,
hukum, dan prinsip
5.
pembelajaran
mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
6.
pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
7.
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8.
adanya
proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam struktur kognitifnya.
II.
Langkah-Langkah
Umum Pembelajaran dan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran
pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan
saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran,
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang melibatkan
ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut:


1.
Mengamati
Kegiatan mengamati
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode
ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,
peserta didik senang dan tertantang, dan mudahpelaksanaannya. Tentu saja
kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu
persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati
sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Menentukan
objek apa yang akan diamati
b. Membuat
pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati
c. Menentukan
secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d. Menentukan
di mana tempat objek pengamatan
e. Menentukan
secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancer.
f.
Menentukan cara dan
melakukan pencatatan atas hasil pengematan, seperti menggunakan buku catatan,
kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Kegiatan
pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik
secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan
peserta didik dalam observasi tersebut.
a. Observasi biasa (common
observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, peserta
didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta
didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang
diamati.
b. Observasi terkendali (controlled observation).
Seperti halnya observasi biasa, padaobservasi terkendali untuk
kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan
pelaku, objek, atau situasi yang diamati.Merepa juga tidak memiliki hubungan
apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian,
berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang atau
situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi
terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.
c. Observasi partisipatif (participant observation). Pada observasi partisipatif, peserta
didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.
Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian
antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta
didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di
bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta
didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu
dan pada waktu tertentu pula untuk
mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara
langsung dalam situasi kehidupan mereka.
Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat
melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan
dimaksud yaitu observasi berstruktur dan
observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.
a. Observasi berstruktur.
Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena
subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah
direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.
b. Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak
berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau
rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka
ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara
spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.
Praktik
pengamatan dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru
melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti:
(1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (2) kamera, untuk merekam objek
atau kegiatan secara visual; (3) film atau video, untuk merekam kegiatan objek
atau secara audio-visual; dan (4) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Instrumen yang digunakandalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek
(checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal
record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device).
Prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran
disajikan berikut ini.
a. Cermat,
objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
b. Banyak
atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi yang
diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi
dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara
dan prosedur pengamatan.
c. Guru
dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.
2. Menanya
Langkah kedua dalam
pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya di sini dapat pertaanyaan dari
guru atau dari murid. Di dalam pembelajaran kegiatan bertanya berfungsi:
a. Membangkitkan
rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.
b. Mendorong
dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis
kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari
solusinya.
d. Menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.
e. Membangkitkan
keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi
jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
f.
Mendorong partisipasi
peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,
dan menarik simpulan.
g. Membangun
sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan,
memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup
berkelompok.
h. Membiasakan
peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan
yang tiba-tiba muncul.
i.
Melatih kesantunan
dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
Dengan
memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru menumbuhkan
suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Dalam mengajukan pertanyaan
diperhatikan kualitas pertanyaan. Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan
jawaban yang berkualitas.
Kriteria
pertanyaan yang baik
·
Singkat dan jelas.Contoh: (1)
Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi
muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor
apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?
Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan
pertama.
·
Menginspirasi jawaban. Contoh: Membangun
semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang
multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan
muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa
saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?Dua
kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru
untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
·
Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor
apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini
sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta
didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak
memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian
geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang
keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas seperti di atas dapat dipersempit,
misalnya: Mengapa kemalasan menjadi
penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada
peserta didik secara perorangan.
·
Bersifat probing atau divergen.Contoh: (1) Untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin
belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi
putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya,
pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
·
Bersifat validatif atau penguatan. Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada
peserta didik yang berbeda untuk
menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan
penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta
didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan
pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda,
namun sifatnya menguatkan. Contoh:
Guru:
“mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta
didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
Guru:
“siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta
didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak
produktif”
Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban
tersebut?”
Peserta
didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
Dan
seterusnya
·
Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik
memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya
dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya
menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk
menjawab pertanyaan itu. Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta
didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah
pertanyaannya. Misalnya: (1) Apa faktor picu utama Belanda menjajah Indonesia?;
(2) Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? Jika dengan pertanyaan pertama
guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah
pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
·
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai
dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan
yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti
dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan
kognitif yang lebih tinggi, seperti
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci
pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
·
Merangsang proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya
interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini,
setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik mendiskusikan jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada
seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana
pemantul.
3. Mencoba
Hasil belajar yang nyata
akan diperoleh peserta didik dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama
untuk materi atau substansi yang sesuai. Misalnya, Pada mata pelajaran, peserta
didik harus memahami konsep-konsep Akidah Akhlak dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis,
dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7) membuat
laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka
guru harus melakukan: (1) merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan
murid (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid (5) Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen
(6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan
bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan
mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
4. Mengolah Informasi
(Asosiasi)
Menurut teori asosiasi,
proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi
langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola interaksi itu dilakukan
melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan berdasarkan hasil
eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori asosiasi. Jadi,
prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi,
yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses
pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara
perlahan atau bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan berapa
hukum dalam proses pembelajaran.
Bandura mengembangkan asosiasi dalam pembelajaran dapat
dilakukan melalui proses peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam
meniru respons menjadi pengungkit utama aktivitas belajarnya. Teori asosiasi
ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada
peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari pembelajaran partisipatif.
Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata
diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan daya asosiasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut
ini.
a. Guru
menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
b. Guru
tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru
adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik
dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
c. Bahan
pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang
sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
d. Kegiatan
pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
e. Setiap
kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f.
Perlu dilakukan
pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
atau pelaziman.
g. Evaluasi
atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h. Guru
mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan
pembelajaran perbaikan.
Seperti
telah dijelaskan di atas, ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu dengan logika
induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara menarik kesimpulan dari
fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika
induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggunakan
logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil
percobaannya.
Langkah pembelajaran
yang kelima adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan
hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru untuk mendapatkan
tanggapan. Langkah ini memberikan keuntungan kepada siswa dalam meningkatkan
rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar.
Lebih dari 2400 tahun lalu Confucius menyatakan: apa yang
saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya lakukan
saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang
saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya
dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang
saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya (Silberman, 2002: 1). Dengan
mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta
didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran.
III.
Penerapan
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Kagiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran,
guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam),
mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada
yang tidak hadir.
Dalam metode
saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi
pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus
mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep
tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut
dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan
fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat
menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan inti
merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan
pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam
pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa
secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti
dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau
prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalui langkah-langkah kegiatan
yang diberikan di muka.
Kegiatan penutupan
ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau
prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran
yang dikuasai siswa.
Contoh
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diberikan di bawah
ini.
Contoh kegiatan
pendahuluan:
1. Mengucapkan salam
2. Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang
telah dipelajari oleh siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan
dibelajarkan. Sebagai contoh dalam mapel IPA, guru menyakan konsep tentang
larutan dan komponennya sebelum pembelajaran materi asam-basa. Untuk IPS,
misalnya menggunakan apersepsi tentang bencana banjir yang kerap terjadi. Di
mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi korban, apa
yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi bencana
tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
Contoh kegiatan kegiatan inti
1.
Mengamati:
Dalam mapel IPA, guru meminta siswa untuk mengamati suatu fenomenon.
Sebagai contoh dalam mapel IPA guru meminta siswa untuk mengamati sifat
larutan yang diperoleh dari ekstrak buah belimbing atau tomat. Fenomena yang
diberikan dapat juga dalam bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah
fenomena yang diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan
yang gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap,
banjir besar, slide atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.
2.
Menanya:
Dalam mapel IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomenon.
Sebagai contoh siswa mempertanyakan “Mengapa larutan ekstrak buah belimbing
atau tomat memiliki rasa manis dan asin?”. Sebagai cntoh di mapel IPS adalah
“Apakah sebab dan akibat banjir bisa terjadi di ruang dan waktu yang sama
atau berbeda?”
3.
Menalar
untuk mengajukan hipotesis:
Sebagai contoh dalam mapel IPA siswa mengajukan pendapat bahwa rasa manis
dan masam pada larutan ekstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh
adanya zat yang memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat
siswa ini merupakan suatu hipotesis. Contoh hipotesis dalam mapel IPS adalah
Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a) Terjadi di tempat
yang sama b) Terjadi di tempat berbeda.
4.
Mengumpulkan
data:
Dalam mapel IPA, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data
tentang komponen-komponen yang terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing
atau buah tomat.
5.
Menganalisis
data:
Siswa menganalisis data yang diberikan oleh guru. Analisis data dalam
IPS, misalnya siswa diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang
konsep ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial. Konsep-konsep ini
dihubungkan dengan informasi atau data awal, pertanyaan dan hipotesis, serta
data yang terkumpul.
6.
Menarik
kesimpulan:
Dalam mapel IPA, siswa menarik kesimpulan berdasar hasil analisis yang
mereka lakukan. Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa rasa manis pada
larutan ekstrak buah belimbingatau buah tomat disebabkan oleh adanya gula,
sedangkan rasa masam disebabkan oleh adanya asam. Contoh bentuk kesimpulan
yang ditarik dalam IPS misalnya hujan di Bogor menyebabkan banjir di Jakarta
menunjukkan adanya keterkaitan antarruang dan waktu
7.
Mengomunikasikan:
Pada langkah ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan
maupun tertulis, misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.
|
Contoh
Kegiatan Penutup:
1.
Dalam mapel
IPA, misalnya guru meminta siswa untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau
teori yang telah dikonstruk oleh siswa.
Dalam mapel
IPS, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh keterkaitan antarruang
dan waktu, misalnya hubungan antar desa dan kota.
2.
Dalam mapel
IPA maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa untuk meningkatkan
pemahamannya tentang konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari dari
buku-buku pelajaran yang relevan atau sumber informasi lainnya. Contoh dalam
mapel IPA di atas juga dapat digunakan dalam mapel IPS.
3.
Dalam mapel
IPA, mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat memberikan beberapa situs di
internet yang berkaitan dengan konsep, prinsip atau teori yang telah
dipelajari oleh siswa, kemudian guru meminta siswa untuk mengakses
situs-situs tersebut.
|
Contoh langgkah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SD
Sekolah : SD Mutiara Hati
Kelas / semester : IV / 1
Tema : Berbagai
Pekerjaan
Sub Tema : Jenis-jenis Pekerjaan
|
Kompetensi Dasar
IPS
1.3 Menerima karunia Tuhan YME
yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya.
2.3
Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya.
3.1 Mengenal
manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan keberlanjutan
dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan.
3.5 Memahami
manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi.
4.1
Menceritakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas
antarruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan
pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya.
4.5
Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosail,
budaya, dan ekonomi.
IPA
1.1 Bertambah keimanannya dengan
menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap
kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam pengamalan
ajaran agama yang dianutnya.
2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu;
objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka;
dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
3.7
Mendeskripsikan hubungan antar sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi,
dan masyarakat
4.7 Menyajikan
laporan hasil pengamatan tentang teknologi yang digunakan di kehidupan
sehari-hari dan kemudahan yang diperoleh oleh masyarakat dengan memanfaatkan
teknologi tersebut
Bahasa Indonesia
1.1 Mengakui dan mensyukuri
anugerah Tuhan Yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam,
alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, sosial, serta
permasalahan sosial
2.4 Memilki
kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa
Indonesia
3.4 Menggali
informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam
dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tuliss dengan
memilah kosakata baku
4.4 Menyajikan
teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri
dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilah kosakata baku
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengkaji bacaan tentang hubungan sumber daya alam
dan pekerjaannya, siswa mampu menjelaskan hubugan sumber daya alam dan
pekerjaan yang ada di daerah tersebut.
2. Setelah menganalisa gambar, siswa mampu mengidentifikasi
pekerjaan-pekerjaan yang ada di kebun teh secara rinci.
3. Setelah menganalisa peta siswa mampu mengidentifikasi
kondisi geografis dan pekerjaan dengan benar.
4. Setelah megamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu
menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dan kondisi geografis (dataran
rendah, tinggi dan perairan).
5. Setelah membaca teks petualangan “Ulil Si Daun Teh”,
siswa mampu menjelaskan proses daun teh menjadi teh tubruk secara runtut.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
Pertemuan Kesatu:
1.
Pengkondisian
peserta didik
2.
Menjelaskan
appersepsi melalui tanya jawab tentang jenis-jenis pekerjaan
3.
Menyampaikan
tema yang akan dibelajarkan yaitu: “berbagai pekerjaan” dengan sub tema: “jenis-jenis pekerjaan”
4.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
|
... menit
|
Inti
|
Mengamati:
Semua peserta
didik mengamati gambar proses pembuatan teh.
|
... menit
|
Menanya:
Guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan siswa memperhatikan secara rinci
proses pembuatan teh yang ada dalam gambar.
|
||
Megumpulkan Informasi:
Siswa berdiskusi
dengan teman untuk menjawab pertanyaan yang ada di buku mengenai letak
perkebunan teh, pekerjaan yang ada di perkebunan teh, dan tugas dari
masing-masing pekerja di kebun teh.
|
||
Mengasosiasi/ Menalar:
Siswa mengetahui
adanya perkebunan teh menyebabkan adanya industri teh dan membutuhkan para
pekerja, seperti pemetik teh dan pengolah teh.
|
||
Menyimpulkan:
Peserta didik
bersama-sama dengan guru menyimpulkan bahwa adanya perkebunan teh,
menyebabkan adanya industri teh yang membutuhkan jenis pekerjaan pengelola
dan pemetik teh.
|
||
Mengkomunikasikan:
Siswa menuliskan
atau menyampaikan mengenai letak perkebunan teh, industri teh dan pekerjaan
apa saja yang ada di perkebunan, dan industri teh.
|
||
Penutup
|
Bersama-sama
siswa membuat kesimpulan hasil belajar selama sehari tentang jenis-jenis
profesi yang keberadaannya dipengaruhi oleh kondisi geografis misalnya
pemetik teh yang tinggal di pegunungan yang disebt sebagai dataran tinggi dan
nelayan di pantai yang tinggal di dataran rendah.
Bertanya jawab
tentang materi yang telah dipelajari.
Mengajak semua
siswa berdo’a.
|
... menit
|
Untuk selanjutnya
contoh langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik yang merupakan gabungan dari beberapa pertemuan adalah
sebagai berikut:
|
Kegiatan
|
Deskripsi kegiatan
|
Alokasi waktu
|
Inti
|
Pertemuan Kedua:
|
.... menit
|
Mengamati
Siswa mengamati tiga gambar yang berisi tiga jenis profesi dari
di tiga tempat yang berbeda.
|
||
Menanya
Bertanya jawab tentang keadaan wilayah tempat tinggal misal
Pemetik teh tinggal di dataran tinggi. bagaimana dengan wilayah lainnya?
Pekerjaan apa saja yang ada di wilayah tersebut?
|
||
Mengeksplorasi:
Siswa menuliskan keterangan tentang tiga
jenis profesi tersebut di bagian bawah gambar.
Siswa diingatkan untuk mengisi keterangan tentang tiga jenis
profesi tersebut dengan teliti.
|
||
Mengasosiasi:
Siswa menganalisis hubungan antara pekerjaan dan tempat bekerja.
|
||
Mengkomunikasikan
Menuliskan tentang hubungan antara pekerjaan dan tempat bekerja.
|
||
Pertemuan Ketiga
|
||
Mengamati
Siswa secara individual mengamati lingkungan
tempat tinggalnya
|
||
Menanya
Siswa di dorong untuk saling bertanya tentang
lingkungan tempat tinggalnya
|
||
Mengeksplorasi
Guru mengingatkan siswa untuk memperhatikan
kondisi wilayah tempat tinggal mereka, apakah meraka tinggal di daerah
dataran tinggi, dataran rendah, atau di daerah perairan.
|
||
Mengasosiasi
Siswa diharapkan mengetahui hubungan antara
kondisi wilayah tempat tinggal dan jenis pekerjaan yang ada.
|
||
Mengkomunikasikan
menceritakan keadaan wilayah tempat tinggal
mereka dan jenis-jenis pekerjaan yang ada, serta menuliskannya di buku.
|
||
Pertemuan keempat
|
||
|
Mengamati:
Siswa secara individual mengamati peta
sederhana yang ada di buku untuk mengetahui pekerjaan apa saja yang berada di
dataran rendah, dataran tinggi, dan perairan.
|
|
Menanya:
Siswa didorong untuk dapat membuat pertanyaan
sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukannya
|
||
Mengeksplorasi
Guru mengingatkan siswa untuk memperhatikan
secara rinci gambar-gambar yang ada di dalam pulau dan memahami arti warna
yang ada di kolom legenda.
Siswa menuliskan hasil pengamatannya pada
tabel jenis pekerjaan yang dihubungkan dnegan lokasi tempat tinggalnya
|
||
Mengasosiasi
Siswa diingatkan untuk memprediksi
jenis-jenis pekerjaan yang ada di daerah-daerah yang terdapat di peta,
misalnya pemetik teh di dataran tinggi dan nelayan di wilayah perairan.
|
||
Mengkomunikasikan
Siswa membuat kesimpulan tentang isi tabel,
bahwa kondisi geografis tempat tinggal suatu masyarakat akan memengaruhi
jenis-jenis pekerjaan masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan siswa
menuliskan kesimpulan mereka di buku.
Guru memberikan penguatan tentang materi yang
telah dipelajari, bahwa kenampakan wilayah permukaan bumi itu terdiri atas
dataran rendah, dataran tinggi, dan perairan, yang kemudian memengaruhi
jenis-jenis pekerjaan yang ada di
masyarakat tersebut
|
||
Pertemuan Kelima
|
||
Mengamati:
Siswa membaca dalam hati teks tentang Ulil Si
Daun Teh
|
||
Menanya:
Siswa disorong untuk membuat pertanyaan
sesuai dengan teks yang dibacanya
|
||
Mengeksplorasi
Siswa menyebutkan sebanyak mungkin pekerjaan
yang ada dalam cerita.
|
||
Mengasosiasi
Siswa menuliskan proses Ulil Si Daun Teh
sampai menjadi teh tubruk yang dapat dinikmati oleh semua orang dalam kolom
yang tersedia di buku.
|
||
Mengkomunikasikan
Secara berpasangan siswa menceritakan pada
pasangannya tentang proses yang terjadi pada pembuatan the secara singkat.
|
Contoh
langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SMP

Sekolah : SMP Jayakarta
Mapel : IPS
Kelas/Sem : VII/ 1
Tema : Konektivitas antar ruang, waktu, dan manusia
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
|
1.
|
1.3
Menghargai karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
|
|
2.
|
2.3
Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan menghargai perbedaan pendapat dalam
interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
|
|
3.
|
2.3
Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan menghargai perbedaan pendapat dalam
interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
|
|
|
Indikator
|
|
|
3.1.1.
mendeskripsikan dengan benar adanya konektivitas antarruang
3.1.2.
mendeskripsikan dengan benar adanya
konektivitas
antarwaktu
3.1.3.
mencontohkan dengan tepat adanya konektivitas antarruang dan waktu
3.1.4.
membedakan dengan tepat adanya konektivitas antarruang, waktu, dan
pengaruhnya terhadap kehidupan manusia
3.1.5.
menjelaskan dengan tepat adanya konektivitas antarmanusia (interaksi sosial)
dalam ruang
dan waktu
|
|
4.
|
4.3
Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk dinamika interaksi manusia dengan
lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar
|
|
|
Indikator
|
|
|
4.3.1.
memaparkan hasil analisis keterkaitan antarruang, antarwaktu, dan
antarmanusia.
4.3.2.
menyajikan rancangan kegiatan dengan tema “Upaya-upaya pencegah terjadinya
bencana banjir”.
|
Langkah-Langkah Pembelajaran
A.
Pendahuluan (...menit)
1. Pengkondisian peserta didik
2. Melakukan appersepsi tentang bencana banjir yang kerap
terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering menjadi
korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika menghadapi
bencana tersebut.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B.
Kegiatan Inti (... menit)
1. Peserta didik mengamati gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan yang
gundul, hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir
besar. slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.
Disarankan fenomena-fenomena tersebut yang terjadi di lingkungan terdekat.
2. Guru menyampaikan pertanyaan dan mendorong peserta
didik didorong untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau peserta
didik yang lain
Misalnya,
setelah mengamati gambar atau menyaksikan tayangan video siswa didorong untuk
bertanya, tentang mengapa hutan digunduli, untuk apa kayu-kayu yang ditebangi,
siapa yang melakukan, siapa yang dbiasa membuang sampah sembarangan, mengapa
sungai meluap, mengapa terjadi banjir, apakah ada hubungan antar semuanya itu?
Pertanyaan atau permasalahan pokok apa yang bisa dimunculkan dari fenomena
tersebut? Guru dapat menginisiasi pertanyaan pertanyaan kunci ketika siswa
belum memunculkannya.
3. Mencoba (Experimenting) atau Mengumpulkan Data : Siswa menyaksikan video klip tentang banjir yang
terjadi di lingkungan siswa. Siswa diminta untuk mencatat berbagai fakta yang
diperlukan
4. Menalar /mengasosiasi data, meghubungkan sampai membuat kesimpulan : Misalnya peserta didik
diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu,
konektivitas, dan interaksi sosial, dan menghubungkannya dengan fenomena yang
terjadi dalam tayangan video maupun gambar-gambar yang telah diamati
sebelumnya.
5.
Secara bersama-sama setelah peserta didik membaca buku, mengamati
gambar, dan menyaksikan tayangan video, mereka diminta untuk membuat
kesimpulan megenai hubungan buang sampah sembarang, penggundulan hutan,
banjir dan kerugian akibat bencana banjir.
6.
Mengkomunikasikan : Siswa mempresentasikan hasil analisis datanya di kelas. Di
saming itu siswa juga bisa diminta untuk mengunggahnya (upload) di blog
masing-masing. Untuk kepentingan ini setiap siswa bisa diwajibkan memiliki blog
sendiri.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Peserta didik bersama
guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran
2.
Evaluasi :
Dilakukan melalui tes
secara tertulis, mengenai contoh bentuk konektivitas antar ruang dan waktu yang
ada di lingkungan sekitarmu.
3.
Refleksi :
Peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif misalnya, apakah
pembelajaran hari ini menyenangkan? Pengetahuan berharga/baru apa yang kamu
peroleh pada pembelajaran kita hari ini? Bagaimana sebaiknya sikap kita kalau
memperoleh sesuatu yang berharga/baru.
4.
Penugasan
Contoh pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA

Sekolah : SMA Harmonisasi
Kelas/Semester : X / I
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Topik : Kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Kompetensi Dasar
1.1 Menghayati keteladanan para
pemimpin dalam mengamalkan ajaran agamanya
1.2 Menghayati keteladanan para
pemimpin dalam toleransi antar umat beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari
2.1 Menunjukkan sikap tanggung
jawab, peduli terhadap berbagai hasil budaya pada masa pra aksara, Hindu-Buddha
dan Islam
2.3 Berlaku jujur dan
bertanggung-jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
3.7 Mengidentifikasi karakteristik
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
4.4 Menyajikan hasil analisis dalam
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa
kerajaan Hindu-Budha dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa kini
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
·
Pengkondisian peserta didik
·
Appersepsi: tanya jawab materi sebelumnya
mengenai Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Indonesia dan dihubungkan dengan topik yang akan disampaikan
·
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
....menit
|
Inti
|
·
Melakukan pengamatan gambar
Candi Borobudur dan Candi Prambanan
·
Melakukan tanya jawab singkat
tentang candi Borobudur dan Candi Prambanan
·
Mengumpulkan data melalui
studi pustaka tentang candi Borobudur dan Candi Prambanan dengan historisnya
·
Menganalisis tentang
bentuk bangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan
·
Menarik kesimpulan tentang
kebenaran bangunan candi Borobudur dan candi Prambanan sebagai:
1.
Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di
Indonesia berupa bahasa dan religi/kepercayaan
2.
Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di
Indonesia berupa organisasi sosial kemasyarakatan
3.
Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di
Indonesia berupa sistem pengetahuan dan peralatan hidup
4.
Wujud akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di
Indonesia berupa kesenian
5.
Gambar peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia
yang tidak terpelihara
·
Mengkomunikasikan tentang
keberadaan candi Borobudur dan Prambanan sebagai wujud akulturasi budaya
hindu dan budha di Indonesia
|
....menit
|
Penutup
|
·
Menyimpulkan materi kehidupan masyarakat,
pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia
·
Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
·
Melakukan refleksi tentang pelaksanaan
pembelajaran
·
Pemberian tugas “membuat tugas kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk makalah
|
....menit
|
IV.
Penilaian
Autentik dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Penilaian autentik (authentic assessment) menurut beberapa sumber sebagaimana tertulis
dalam Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: (1) American Library Association mendefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta
didik pada aktivitas yang relevan dalam
pembelajaran; (2) Newton
Public School, mengartikan penilaian autentik sebagai penilaian atas produk
dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik;
dan (3) Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas
kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan
dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis,
merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya.
Penilaian
autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik,
baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan
lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau
kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka
yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karenanya, penilaian
autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA.
Penilaian
autentik merupakan pendekatan dan instrumen asesmen yang memberikan kesempatan
yang luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas: membaca dan meringkasnya,
eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat
karangan, dan diskusi kelas.
Penilaian autentik adalah penilaian
kinerja, termasuk di dalamnya penilaian portofolio dan penilaian projek.
Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai
dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang
ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya
pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil
penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian
Pendidikan.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui
observasi/pengamatan menggunakan jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian
antar teman. Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau
penugasan. Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan
penilaian portofolio.
1. Pengamatan Sikap
Penilaian sikap melalui
pengamatan dapat menggunakan jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
Jurnal adalah catatan pendidik yang
sistematis di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan
tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
Jurnal
dapat memuat penilaian siswa terhadap aspek tertentu secara kronologis. Kriteria
penilaian jurnal adalah sbb:
·
Mengukur capaian
kompetensi sikap yang penting.
·
Sesuai
dengan kompetensi dasar dan indikator.
·
Menggunakan
format yang sederhana dan mudah diisi/digunakan.
·
Dapat dibuat
rekapitulasi tampilan sikap peserta didik
secara kronologis.
·
Memungkinkan untuk
dilakukannya pencatatan yang sistematis, jelas dan
komunikatif.
·
Format pencatatan
memudahkan dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap peserta didik
·
Menuntun guru untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan peserta didik.
Penilaian-diri (self
assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian ranah sikap Misalnya,
peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu
objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan;
Penilaian ranah keterampilan Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan
yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan;
Penilaian ranah pengetahuan Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata
pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat
memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan
melatih peserta didik berperilaku jujur.
Keempat, menumbuhkan semangat untuk
maju secara personal.
Penilaian antar teman adalah penilaian yang dilakukan
terhadap sikap seorang peserta didik oleh seorang (atau lebih) peserta didik
lainnya dalam suatu kelas atau rombongan belajar. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian untuk melatih peserta didik
penilai menjadi pembelajar yang baik. Instrumen
sesuai dengan kompetensi dan indikator
yang akan diukur. Kriteria
penilaian antar teman adalah sbb:
·
Indikator dapat dilakukan
melalui pengamatan oleh peserta
didik
·
Kriteria penilaian dirumuskan secara simpel
atau sederhana
·
Menggunakan bahasa lugas dan dapat dipahami peserta didik
·
Menggunakan format penilaian sederhana dan mudah digunakan oleh
peserta didik
·
Kriteria penilaian yang
digunakan jelas, tidak berpotensi munculnya
penafsiran makna ganda/berbeda
·
Indikator menunjukkan
sikap peserta didik dalam situasi yang nyata
atau sebenarnya
·
Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
·
Memuat indikator kunci atau
esensial yang menunjukkan penguasaan satu kompetensi
peserta didik
·
Indikator menunjukkan sikap yang dapat diukur
·
Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level
terendah sampai kemampuan tertinggi.
2.
Tes
tertulis.
Penilaian tertulis atas
hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih
atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri dari pilihan
ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek,
dan uraian.
Tes tertulis berbentuk
uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes
tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik
berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya,
namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tersulis berbentuk esai
biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response)
atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung
pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan
pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang
lebih tinggi atau kompleks.
3.
Tes
Lisan.
Tes lisan adalah tes
yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan. Pelaksanaan Tes lisan dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Kriteria Tes lisan
adalah sbb:
·
Tes lisan dapat
digunakan jika sesuai dengan
kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai.
·
Pertanyaan tidak
boleh keluar dari bahan ajar yang ada.
·
Pertanyaan diharapkan
dapat mendorong siswa dalam mengkontruksi jawabannya sendiri.
·
Disusun dari pertanyaan yang
sederhana ke pertanyaan yang
komplek.
4.
Penilaian
Melalui Penugasan.
Instrumen penugasan
dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang harus dikerjakan oleh peserta
didik, baik secara individu atau kelompok, sesuai dengan karakteristik tugas. Kriteria penugasan adalah sbb:
·
Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil
belajar.
·
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
·
Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupakan
bagian dari pembelajaran mandiri.
·
Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
·
Materi penugasan harus
sesuai dengan cakupan kurikulum.
·
Penugasan ditujukan
untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara kelompok.
·
Untuk tugas kelompok,
perlu dijelaskan rincian tugas setiap
anggota.
·
Tugas harus bersifat adil (tidak bias gender atau
latar belakang sosial ekonomi).
·
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan
secara jelas.
·
Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
5.
Tes
Praktik.
Tes praktik dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi
yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di
laboratorium, praktik salat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan sebagainya. (Juknis PHB PPMP Kemdikbud, 2013). Kriteria Tes Praktik adalah
sbb:
·
Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan
capaian hasil belajar.
·
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
·
Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
·
Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
·
Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
·
Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar
belakang sosial ekonomi)
Task untuk Tes Praktik, diperlukan penyusunan rubrik
penilaian, rubrik tersebut harus memenuhi syarat sbb:
·
Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
·
Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
·
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati
(observasi).
·
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
·
Rubrik dapat memetakan
kemampuan peserta didik.
·
Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
6.
Penilaian
Proyek
Penilaian
proyek (project
assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta
didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian
tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek
bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada
setiap penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian
khusus dari guru.
·
Keterampilan peserta
didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
·
Kesesuaian atau
relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
·
Orisinalitas atas
keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh
peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan
oleh guru meliputi penyusunan rancangan
dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis
data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir
dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk
menilai kualitas dan bentuk
hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian
produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk
tertentu. Penilaian
secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas
produk yang dihasilkan.
7.
Penilaian
Portofolio
Penilaian
portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut
oleh topik atau mata pelajaran tertentu.Fokus
penilaian portofolio adalahkumpulan
karya peserta didik secara individu atau
kelompok pada satu periode pembelajaran
tertentu. Penilaian
terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui
penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam
menyusun atau membuat karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan
penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik
dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti
berikut ini.
·
Guru menjelaskan secara
ringkas esensi penilaian portofolio.
·
Guru atau guru bersama
peserta didik menentukan jenis
portofolio yang akan dibuat.
·
Peserta didik, baik
sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun
portofolio pembelajaran.
·
Guru menghimpun dan
menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan
tanggal pengumpulannya.
·
Guru menilai portofolio
peserta didik dengan kriteria tertentu.
·
Jika memungkinkan, guru
bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
·
Guru memberi umpan
balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat
pada siswa.
b. melibatkan
keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
c. melibatkan
proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
d. dapat
mengembangkan karakter siswa.
Proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok,
yang terdiri dari:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan
informasi;
d. mengasosiasi;
dan
e. mengkomunikasikan.
Kegiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif
yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama
dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok.
Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk
oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber
Buku:
·
E-book: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi
Kurikulim 2013: Metode Pendekatan Saintifik.
Sumber
Jurnal:
·
Dra. Khairiah Nasution,
M.M. 2013. Aplikasi Model Pembelajaran dalam Perspektif Pendekatan Saintifik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar